Senin, 15 Juli 2013

Nasib Mobil Nasional


Apa kabar mobil nasional ?? mungkin pertanyaan ini sangatlah tepat untuk menanyakan tentang rencana pemerintah yang ingin mengembangkan mobil nasional. Tetapi rencana tetaplah rencana, aksinya tidak ada. Siapa sangka sudah 20 tahun lamanya merajut mimpi untuk memproduksi mobil nasional ini.
Banyak sekali mobil-mobil terdahulu yang rencananya ingin dijadikan mobil nasional, tetapi semuanya putus ditengah jalan karena satu dan lain hal. Beberapa diantara mobil tersebut adalah :
1. Maleo
Mulai dikembangkan pada tahun 1993, proyek Maleo dimulai ketika pemerintah harus memiliki mobil nasional khas nusantara. Saat itu IPTN ditunjuk untuk membuat Maleo ini. Bekerja sama dengan Rover, Inggris dan Millard Design, Australia, mobil yang dibidani oleh menristek pada zaman itu, BJ Habibie ini sukses membuat 11 rancangan mobil sampai tahun 1997. Namun sayangnya proyek ini kandas ketika reformasi tiba.
2. Beta 97 MPV
Mobil proyek tahun 1994 oleh grup Bakrie melalui Bakrie Brothers ini inginmenjadikan mobil Beta 97 MPV sebagai mobil nasional. Untuk itu, Bakrie meminta bantuan rumah desainn Shado asal Inggris untuk membuat desain awal mobil ini. Mobil ini selesai tahun 1997 dan direncanakan untuk diproduksi Desember tahun yang sama, tapi krisis ekonomi menenggelamkan semuanya.

3. Timor
Timor adalah merek mobil yang dijual pertengahan tahun 1990 yang merupakan rebagded mobil Korea Selatan, Kia Sephia. Timor merupakan singkatan dari ‘Teknologi Industri Mobil Rakyat’ dan nama lengkap perusahaannya adalah Timor Putra Nasional yang dimiliki oleh Tommy Soeharto anak dari mantan presiden Soeharto. Mobil ini dimaksudkan untuk menjadi mobil nasional Indonesia, seperti yang dimiliki oleh Malaysia, Proton. Karena itu segala bea dan pajak dibebaskan. Tetapi ketika krisis ekonomi melanda asia pada 1997, Timor ditutup.
4. GEA
GEA adalah mobil hasil riset PT. INKA (Industri Kereta Api) dengan menggunakan mesin Rusnas (Riset Unggulan Strategis Nasional), yakni mesin berkapasitas 640 cc. Tujuan GEA adalah memberikan alternatif menghadapi krisis energi.
5. Esemka
Nah, ini dia mobil yang sedang hangat diperbincangkan. Esemka mengambil nama dari Sekolah menengah Kejuruan (SMK). Mobil ini merupakan hasil karya siswa-siswi SMK. Esemka pertama kali diperkenalkan pada 2009 lalu saat sebuah event di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mesinnya menggunakan mesin 1500 cc yang berawal dari mesin Timor, namun dimodifikasi sendiri oleh Esemka. Karena berbagai keterbatasan, beberapa parts kendaraan diambil dari mobil yang sudah beredar di Indonesia.
Mobil ini langsung menarik minat publik, karena desainnya sudah sangat bagus. Mobil ini juga menjadi sorotan diawal tahun 2012 menyusul keputusan Walikota Solo, Joko Widodo yang menggunakan mobil ini sebagai mobil ini. Namun ketika mobil ini di Uji Kelayakan dan Uji Emisi, menemui kegagalan karena tidak sesuai standar prosedur Emisi Gas Buang.

Sebenarnya Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan Industri otomotif murni hasil karya dalam negeri. Dengan potensi pasar dan nasionalisme yang tinggi, peluang mobnas akan tinggi. Namun, proyek MobNas ini juga mempunyai tantangan salah satunya menghadapi preferensi konsumsi Masyarakat, dalam kata lain selera masyarakat tidak bisa dipaksakan.
Dan ada beberapa hambatan dalam proyek Mobil Nasional diantaranya adalah :
1. Layanan Purna Jual
2. Nilai jual kembali atau resale value yang rendah
3. Skala keekonomian untuk Industri
4. Terbatasnya kemampuan Industri Pendukung.

Kementrian perindustrian tengah menyusun kriteria pengembangan mobil nasional berkapasitas mesin dibawah 1000 cc. Saat ini mobil Esemka berkapasitas mesin diatas 1000 cc, dan menurut Menteri Perindustrian, MS Hidayat, Esemka tidak akan mampu bersaing dengan produsen mobil Jepang apabila kapasitas mesin mobil diatas 1000 cc.
Ditengah putra bangsa membuat mobil nasional, dimanakah dukungan pemerintah pusat ??  menyangkut tidak lolosnya hasil uji emisi Esemka, mestinya pemerintah pusat bisa membimbing Esemka hingga lolos uji emisi dan menjadikannya Mobil Nasional, bukan ketika gagal dibiarkan terbengkalai begitu saja.
pemerintah harus mendukung produksi mobil nasional dengan memberi kemudahan pinjaman modal seperti bunga yang rendah, memudahkan perizinan, membantu promosi, pembebasan biaya uji kelayakan kendaraan, pengurangan biaya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, termasuk dukungan infrastruktur, serta ketersediaan suku cadang. pemerintah harus membantu bagaimana produsen mobnas ini memiliki captive market dan harus mempelopori sebagai pihak pertama yang menggunakan mobnas ini. Untuk bisa diterima pasar, produsen mobnas perlu memikirkan kualitas kendaraan yang dibuat, apakah layak jalan, garansi, suku cadang, dan kemampuan memenuhi permintaan pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar