Senin, 15 Juli 2013

Pulau Bintan, Bauksit, dan Pencemaran Lingkungan



Kepulauan riau, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Dan disalah satu pulaunya terdapat potensi yang sangat menjanjikan, yaitu pulau Bintan dan Tanjungpinang dengan potensi bauksit terbesar di Indonesia. Bauksit yang melimpah tersebut dijadikan kesempatan untuk mengeksplor sebanyak-banyaknya bauksit yang ada didaerah bintan, karena bauksit sangat berharga sekali bagi mereka para pengusaha karena bisa menghasilkan uang yang besar. Maka dari itu para pengusaha menambang bauksit dengan merajalela tanpa memikirkan apa dampak buruk terhadap lingkungan apabila dieksplorasi secara besar-besaran dengan tidak melihat kaidah yang telah ditetapkan.
Bauksit, apa itu bauksit ? menagapa bauksit banyak diperebutkan para pengusaha dan pengeksplor ? Bauksit merupakan campuran koloidal oksida Al dan Fe yang mengandung air. Kata bauksit digunakan untuk bijih yang mengandung oksida alumunium monohidrat atau trihidrat.  Bijih bauksit jika diproses dengan proses bayer, maka akan menghasilkan alumina. Dari alumina inilah logam alumunium dibuat. Alumunium yang dielekrtolisa akan menghasilkan logam alumunium. Alumina yang berasal dari bauksit memiliki banyak kegunaan. Alumina juga digunakan untuk ampelas, sebagai bahan tahan api, juga digunakan untuk bahan pada industri kimia. Sekitar 65% alumina digunakan sebagai bahan untuk membuat logam. Oleh karena itu diperlukan penangan khusus dalam hal pengambilan mineral tersebut (eksplorasi).
Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali dengan land clearing. Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan bulldozer, dengan alat yang sama diadakan pengupasan tanah penutup. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi pencucian.
Nah, dari penambangan inilah terjadi banyak sekali pencemaran lingkungan, seperti kerusakan hutan yang sangat parah karena hutan terus menerus dibabat habis untuk mencari dan menambang bauksit. Tidak hanya itu, dampak lingkungan lainnya juga terjadi. Seperti pencemaran udara yang bersumber dari debu. Banyaknya tanah yang jatuh dari truk ke jalan juga bisa mengakibatkan banjir jika turun hujan. Karena tidak ada lagi untuk air resapan serta tidak menutup kemungkinan tercemarnya air laut. Bahkan ada seorang nelayan yang mengatakan bahwa penghasilannya dalam mencari ikan turun sekitar 40%, ini lantaran ikan-ikan kabur menuju tengah laut karena ditepi pantai sudah tercemar limbah bauksit.  Sebelumnya, terkait dengan penambangan bauksit di Sei Enam darat, Bintan,  warga telah melaporkan lahannya yang terkena dampak limbah dimana pohon buah-buahan dan pohon durian telah mati akibat dari lumpur bauksit. Pemkot Tanjungpinang ada program untuk penghijauan (reboisasi), tetapi tidak berpengaruh besar terhadap lingkungan yang ada. Program reboisasi tersebut, tidak sebanding dengan kerusakan alam akibat dari pertambangan bauksit.
Maka dari itu, seharusnya pemerintah setempat, pengusaha pengeksplor bauksit, warga setempat yang lahannya tercemar, serta aktivis lingkungan hidup harus duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan ini. Karena hasil dari penambangan bauksit ini  sangat buruk sekali dampaknya terhadap lingkungan, pencemaran terjadi dimana-mana tanpa ada pencegahan atau penindaklanjutan akibat limbah bauksit yang sudah terlanjur tercemar itu. Lahan warga yang semula sebagai tempat mencari nafkah, sekarang menjadi tiada guna lagi karena lahan tercemar dan tanah sudah tidak bagus lagi untuk digunakan bercocok tanam. Jika pemerintah setempat bisa bersikap tegas, bisa saja perusahaan yang membandel itu dicopot izin menambangnya, masalahnya ini demi lingkungan dan lahan masyarakat untuk mencari nafkah.
Belum ada tindaklanjut lebih dari pemerintah setempat, cara yang paling efektif yaitu dengan cara membenahi semuanya, mulai dari lingkungan hingga perusahaan penambang bauksit. Reboisasi besar-besaran dan dibarengi dengan penutupan lahan pertambangan bauksit dirasa cukup memberikan hasil positif untuk mengembalikan lingkungan yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar